Informasi tentang kepribadian itu sangat penting karena berpengaruh besar terhadap prestasi kerja seseorang. Disamping itu kepada peserta juga diberi masukan berupa hal-hal yang perlu menjadi perhatian dalam melaksanakan tupoksinya sebagai widyaiswara/ trainer, seperti bagaimana menempatkan diri agar dapat fokus kepada audiens sehingga bisa lebih memahami karakteristik dan situasi audiens bersangkutan, bagaimana mengembangkan sikap empati, bagaimana mengembangkan strategi penyampaian materi yang fleksibel namun tetap dalam kontrol tujuan utama, dan bagaimana mengembangkan sisi ‘Fun’ dalam rangka menyeimbangkan suasana dan lain-lain. Pada dasarnya potret dari tipe kepribadian masing-masing peserta TOT (Training of the Trainers) tentunya tidak akan pernah ada yang sama, alias berbeda satu dengan yang lain. Secara umum bagaimana gambaran tipe kepribadian yang ada dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Perlu diketahui bahwa dari 4 (empat) tipe kepribadian pada tabel I di atas tidak berarti masing-masing orang hanya memiliki satu tipe. Keempat tipe kepribadian tersebut ada pada diri seseorang, hanya saja tingkatannya masing-masing orang berbeda, ada yang lebih menonjol Extroversion-nya, Dominance-nya, Conformity-nya, atau Patiance-nya.
Selanjutnya pada tabel II di atas, akan memberikan informasi kepada kita tentang kelemahan-kelemahan yang dimiliki dari masing-masing tipe kepribadian, sehingga bisa lebih mengenal siapa diri kita sebenarnya. Berbekal informasi di atas kita selanjutnya dapat merencanakan untuk melakukan perubahan ke arah yang terbaik sesuai tuntutan profesi masing-masing.
Untuk mengetahui tentang motivasi apa saja yang dibutuhkan, serta faktor-faktor apa saja yang bersifat demotivasi dari masing-masing tipe kepribadian, dapat dilihat pada tabel III dan IV berikut ini.
Berdasarkan tabel III di atas dapat diketahui, bahwa untuk dapat menggerakkan seseorang (dalam hal ini widyaiswara/ trainer) yang masing-masing memiliki kepribadian yang berbeda satu sama lain dalam rangka lebih mengoptimalkan kinerja yang bersangkutan, diperlukan motivasi yang berbeda. Dengan demikian informasi pada tabel III di atas akan sangat bermanfaat bagi institusi atau pihak-pihak yang memiliki fungsi untuk melakukan pembinaan kepada widyaiswara/ trainer. Demikian halnya beberapa informasi tetang demotivasi yang terdapat pada tabel IV di atas, juga sangat berguna bagi pihak-pihak yang lingkup tugasnya berkaitan dengan upaya melakukan pembinaan terhadap para widyaiswara dilingkungan instansinya.
Berbekal pengetahuan tentang faktor-faktor yang bersifat motivasi dan demotivasi dalam hubungannya dengan 4 (empat) tipe kepribadian seperti pada tabel III dan IV diatas, maka setiap kebijakan atau tindakan yang akan dilakukan dapat diarahkan untuk mendorong target sasaran memberikan sesuatu yang terbaik yang dimilikinya dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Selanjutnya muncul pertanyaan, apakah informasi terkait dengan klasifikasi kepribadian juga berguna bagi widyaiswara selain untuk memperbaiki dirinya. Jawabannya sangat berguna, karena bukan hal mustahil audiens yang akan dihadapi pada saat mengajar/melatih juga memiliki ciri-ciri yang sama, apakah termasuk Extrovertion, Dominance, Comformity, dan Pasience. Dengan memahami karakteristik dari audiens dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka widyaiswara akan lebih mampu dalam mengelola kelas, sehingga sasaran pada setiap tahapan dalam proses belajar mengajar dapat tercapai.
Prospek Implementasi Hasil TOT
Berdasarkan hasil pemetaan kepribadian masing-masing peserta TOT berikut saran pengembangannya, sesuai dengan profesinya sebagai seorang trainer/ widyaiswara/ pejabat lainnya sebagaimana terangkum dalam Comucation Profile, maka penulis berpendapat bahwa pada tataran implementasinya setidaknya ada dua faktor yang mempengaruhi, yaitu :
1. Faktor Internal
Dalam hal ini tergantung pada diri pribadi yang bersangkutan ingin menjadi apa, ”What kind person would you like to be ? It’s All Your Choice…”. Pada dasarnya manusia itu selalu mempunyai pilihan, dalam memilih tentu sasarannya harus jelas, setidaknya jadilah yang terbaik dan berguna bagi orang lain. Untuk mencapai maksud tersebut dibutuhkan energi yang cukup besar baik fisik maupun non-fisik.
a. Energi fisik antara lain dalam bentuk kemampuan secara ekonomi sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan kompetensi diri, seperti : mendapatkan buku bacaan yang bermutu sebagai bahan referensi, meningkatkan berbagai ketrampilan (skills), dan memperbaiki dan meningkatkan kualitas penampilan diri.
b. Energi non-fisik antara lain berupa kekuatan pikiran, dan selalu berpikir positif. Berfikir positif akan menentukan keberhasilan seorang trainer / widyaiswara/ pejabat lainnya dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Adi W Gunawan, dalam bukunya berjudul “Manage Your Mind for Success” (2007 : 93), menyatakan „Semakin anda memikirkan sesuatu, semakin besar kapasitas dan energi yang anda curahkan. Semakin kuat fikiran itu, semakin kuat pengaruhnya terhadap perilaku anda‟.
Sedangkan selalu berfikir positif, maksudnya adalah :
b.1. Pertama, kita berpikir positif kepada Allah Tuhan Yang Maha Kuasa, karena setiap kejadian, peristiwa, dan fenomena dalam kehidupan ini pasti ada sebab musababnya;
b.2. Kedua, berpikir positif terhadap diri sendiri, maksudnya setiap manusia dilahirkan sebagai pribadi yang unik ;
b.3. Ketiga, harus yakin pada diri sendiri, bahwa manusia dilahirkan ke dunia ini sebagai sang juara “The Best”;
b.4. Keempat, berpikir positif pada orang lain, maksudnya pandanglah orang lain dari sisi positifnya saja, dan terimalah sisi negatifnya sebagai pelajaran yang berharga bagi kita.
Memang tidak semua orang percaya pada kekuatan berfikir positif, namun berpikir positif memiliki efek yang konstruktif terhadap kepribadian, kesehatan, tingkat energi, dan kreativitas kita.
2. Faktor Eksternal
Yang dimaksud di sini adalah lembaga tempat para trainer/widyaiswara bernaung. Pertanyaannya adalah seberapa besar tingkat perhatian lembaga tempat bernaungnya para trainer/widyaiswara terhadap upaya peningkatan kualitas warga binaannya. Konon dikatakan bahwa Trainer/Widyaiswara itu adalah ujung tombaknya dalam penyelenggaraan suatu diklat.
Begitu pentingnya peran itu, maka perlu selalu diperhatikan dan diupayakan agar ujung tombak itu selalu tajam dan siap digunakan kapanpun juga.
Sebagai akhir dari tulisan ini, penulis akan menyimpulkan sebagai berikut :
Mengenal kepribadian dalam rangka pengembangan diri penting dilakukan, apalagi bagi seorang widyaiswara yang tugasnya mendidik, mengajar, dan melatih, dia harus memahami dengan benar siapa dirinya, posisi dirinya, dan bagaimana harus berperilaku dan memperlakukan audiens/ peserta diklat.
(Dikutip dari beberapa sumber di internet)
A motivating discussion is worth comment. I do think that you should publish more on this subject,
it may not be a taboo subject but typically folks don’t speak about such subjects.
To the next! Cheers!!
Does your site have a contact page? I’m having trouble locating
it but, I’d like to shoot you an e-mail. I’ve got some ideas
for your blog you might be interested in hearing. Either way,
great blog and I look forward to seeing it expand
over time.